Seorang muslim seharusnya pernah membaca
surah diatas, namun rata-rata dari kita yang membacanya hanya membaca
sekedarnya saja tanpa benar-benar memikirkannya secara mendalam. Hal ini
seolah sudah terdoktrin sejak lahir bahwa Al Quran itu cukup dibaca
sering-sering agar menjadi lancar dan mendapatkan pahala. Sungguh orang
yang masih berpikir demikian harus mengubah pola pikirnya dengan pola
pikir yang baru. Selanjutnya temukan hal-hal yang menarik ketika membaca
alquran disertai dengan perenungan yang mendalam.dari situ akan anda
tahu mengapa alquran itu sangat menakjubkan.
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.
(QS2:30)
Sepintas ayat ini seolah biasa saja tapi
coba anda baca secara perlahan dan merenungkannya. Jelas sekali bahwa
satu ayat ini saja seolah telah menggambarkan sangat banyak hal.
Pertama
Allah membicarakan masalah ini kepada
malaikat bukan kepada iblis, jadi si iblis sama sekali tidak mengetahui
tentang bakal diciptakannya khalifah, tetapi di kemudian hari ternyata
iblis lah yang menjadi sebab di turunkannya adam ke dunia.
Lalu keduanya digelincirkan oleh setan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: “Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan”.
(Qs.2:36)
Kedua
Dari sini seolah tersirat tentang kemaha
tahuan Tuhan tentang segala sesuatu. Tuhan sudah membicarakan masalah
khalifah kepada malaikat bukan kepada iblis karena Tuhan sudah tahu
bahwa penyebab terjadinya rencana tuhan adalah iblis di suatu hari
nanti, jadi Tuhan juga sudah tahu jauh-jauh hari bahwa iblis akan
membangkang untuk bersujud. Dengan demikian sekaligus menjadi bukti
bahwa ttauhan berada dalam lingkupan yang transenden (lintas ruang dan
waktu)
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.a
(Qs.2:34)
Ketiga
Ketika pada ayat 30 malaikat merasa
keberatan dengan rencana Tuhan menciptakan khalifah di muka bumi dengan
mengajukan alasan bahwa manusia itu cenderung kepada menumpahkan darah
dan membuat kerusakan maka Tuhan langsung membantahnya dengan mengatakan
bahwa Tuhan lebih tahu daripada yang malaikat ketahui. Meski
realitasnya sekarang kita benar-benar melihat apa yang telah di katakan
oleh malaikat yakni pertumpahan darah dimana-mana. Lihatlah contoh
Palestine, Suriah, Afghanistan, Poso, Ambon dll, yang celakanya lagi
pertumpahan darah yang terjadi dengan mengatasnamakan tuhan! Di ayat
selanjutnya Tuhan menjawab keberatan para malaikat sekaligus pengakuan
para malaikat tentang kemaha tahuan Tuhan.
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!”
(QS 2:31)Mereka menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
(QS 2:32)Allah berfirman: “Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini”. Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: “Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?”
(QS 2:33)
Di ayat 30 malaikat
keberatan dengan diciptakannya khalifah yang pada akhirnya hanya akan
saling menumpahkan darah dan saling bunuh membunuh dan merasa bahwa
Tuhan sudah cukup menciptakan malaikat saja yang selalu patuh dan kebal
dari dosa. Namun di ayat selanjutnya (Qs.2:31-33) Allah sama sekali
tidak menafikan perkataan para malaikat. Alih-alih membuktikan malaikat
salah, Allah malah memberikan contoh keunggulan Adam daripada malaikat
dalam hal kecerdasan. Hal ini seolah menegaskan bahwa Allah lebih
menghargai kecerdasan dan kemampuan manusia daripada kelebihan malaikat
yang kebal terhadap dosa. Dari sini kita juga menyadari sebuah rahasia
bahwa yang sebenarnya sejak awal tuhan yang inginkan dari kita adalah
bukanlah manusia yang suci dari perbuatan khilaf dan dosa! Lalu apa yang Tuhan inginkan dari manusi??? Silahkan pikirkan sendiri !
Tuhan anugerahkan dorongan jahat dan
dorongan baik namun tuhan serahkan kepada manusia untuk memilihnya.
Tuhan juga menganugerahkan kesadaran untuk menyadari kesalahan dan
mengoreksinya. Seolah manusia itu memang di rancang sebagai mahluk
pembelajar. Belajar dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa
menjadi bisa.
Coba kita flashback kembali dari awal
kehidupan kita hingga detik ini apa saja yang terjadi, maka akan sangat
jelaslah bahwa segala sesuatunya di mulai dari tidak tahu! Pada awalnya
kita tidak tahu cara berjalan, namun akhirnya bisa setelah melalui
proses belajar yang panjang. Kita belajar berbicara, membaca, menulis,
dll. Menjadikan kita dari pribadi yang tidak bisa menjadi bisa. Jika
kita melihat ke dalam satu kesatuan realitas yang lebih besar maka akan
sangat jelas bahwa kehidupan dunia itu adalah salah satu dari sekian
proses belajar yang harus di lewati oleh setiap manusia, dimana pada
tahap ini di tekankan pada pembelajarannya itu sendiri. Pembelajaran
yang berpengaruh secara langsung terhadap perkembangan spiritual manusia
menuju titik tertinggi.
Lalu keduanya digelincirkan oleh setan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: “Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan”.
(QS 2:36)Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.
(QS 2:37)Kami berfirman: “Turunlah kamu semua dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati”.
(QS 2:38)
Ayat diatas menjelaskan bahwa tentang
asal muasal kenapa kita hidup di dunia yang penuh penderitaan ini.tetapi
menilik lebih jauh pada ayat diatas disitu dikatakan “keduanya di gelincirkan”
bukan misalnya “keduanya di jatuhkan” atau “dilemparkan”. Kata
digelincirkan dalam hal ini seolah pertanda bahwa Adam dan Hawa tidaklah
melakukan kesalah besar seperti yang disangka kebanyakan orang yang
pada akhirnya mengira bahwa dunia ini adalah tempat hukuman bagi adam
dan keturunannya.
Namun kita melihat di ayat 37 dikatakan
bahwa tuhan mengampuni dan menerima tobatnya nabi adam maka pertanyaan
selanjutnya adalah mengapa Adam tidak dikembalikan lagi ke surga?
Analoginya bahwa ketika misalnya saya marah kepada anak saya dan
menghukumnya dengan tidak memberinya uang jajan selama seminggu ,
mengapa ketika anak saya telah meminta maaf kemudian saya memaafkannya
maka apakah anak saya tidak akan protes jika saya tetap tidak memberinya
uang jajan selama seminggu meski saya telah memaafkannya ? Logikanya
ketika saya memaafkan anak saya maka hukuman seharusnya di cabut dong???
Di ayat 38 semakin memperkuat argumen
bahwa keberadaan kita di dunia ini bukanlah sebuah hukuman sama sekali,
tetapi lebih mengarah kepada suatu proses pematangan spiritual manusia.
Sebuah proses dimana manusia akan memilih antara 2 hal sepanjang
hidupnya, yakni memilih baik atau buruk, memilih mengikuti petunjuk,
atau mengingkari petunjuk, dan sekaligus memberikan kabar gembira bahwa
mereka yang mengikuti petunjuk tidak perlu bersedih hati.
Silahkan ditarik sendiri kesimpulannya
dan sebagai penutup ada cerita menarik dari Komaruddin Hidayat,
mengisahkan tentang temannya, seorang Profesor di Universitas McGill,
Montreal, Canada yang telah masuk Islam. Profesor tersebut mengemukakan
pendapatnya tentang Al-Qur’an:
“Jika saya membaca buku-buku teori akademis, cukuplah seminggu persiapannya dan saya akan bisa menjelaskannya di depan mahasiswa saya 80% dari kandungan buku tersebut. Kalau saya membaca buku novel, maka cukuplah sekali saja, sudah malas untuk membaca kedua kalinya. Buku-buku ilmiah itu logikanya linier, runtut, mudah diikuti uraiannya, dengan metode ‘speed reading’ sebuah buku tebal bisa tamat dibaca hanya dalam waktu sehari. Namun ketika saya membaca Al-Qur’an, saya menemukan gaya penuturan yang sangat kompleks, adakalanya linier, lalu memutar balik, dan kalau dicermati saling berhubungan membentuk jaringan makna. Sekalipun saya membaca ayat yang sama seperti yang saya baca kemaren, saya menemukan adanya perbedaan kesan dan rasa”.
Sumber : grevada.com
“Jika saya membaca buku-buku teori akademis, cukuplah seminggu persiapannya dan saya akan bisa menjelaskannya di depan mahasiswa saya 80% dari kandungan buku tersebut. Kalau saya membaca buku novel, maka cukuplah sekali saja, sudah malas untuk membaca kedua kalinya. Buku-buku ilmiah itu logikanya linier, runtut, mudah diikuti uraiannya, dengan metode ‘speed reading’ sebuah buku tebal bisa tamat dibaca hanya dalam waktu sehari. Namun ketika saya membaca Al-Qur’an, saya menemukan gaya penuturan yang sangat kompleks, adakalanya linier, lalu memutar balik, dan kalau dicermati saling berhubungan membentuk jaringan makna. Sekalipun saya membaca ayat yang sama seperti yang saya baca kemaren, saya menemukan adanya perbedaan kesan dan rasa”.
Sumber : grevada.com