Namun sayang, seringkali proses menyusui terhalang oleh berbagai gangguan sehingga asupan ASI yang diterima anak tidak tersalurkan sempurna.
Infeksi/radang payudara atau dikenal dengan mastitis adalah salah satu contohnya. Permasalahan ini kerap kali muncul pada wanita yang menyusui. Bahkan, satu diantara dua puluh wanita menyusui yang berisiko mastitis, mengalami gangguan ini lebih dari satu kali. Tak hanya wanita menyusui, gangguan ini juga dapat hadir pada wanita yang tidak melakukan aktivitas pemberian ASI.
Pada wanita tidak menyusui, mastitis biasanya hadir akibat piercing (menindik) pada area payudara, namun mastitis pada wanita menyusui justru hadir akibat terjadinya penumpukan produksi ASI. Penumpukan tersebut terjadi akibat tidak tepatnya posisi ibu saat menyusui, sehingga ASI tidak terdistribusi dengan baik.
Berdasarkan penyebabnya, mastitis terbagi atas dua jenis, yaitu:
- Infeksi mastitis
Mastitis jenis ini disebabkan oleh masuknya kuman ke saluran air susu di puting payudara. Kuman tersebut dapat berasal dari mulut atau hidung bayi saat menyusui - Non-infeksi mastitis
Mastitis ini terjadi akibat tersumbatnya saluran air susu serta terjadinya kesalahan posisi saat menyusui
Jaringan penghubung antara lidah dengan dasar mulut (frenulum lingualis) bayi yang terlalu tebal atau pendek atau dikenal dengan nama ankyloglossia, juga dapat mengakibatkan sulitnya pergerakan lidah. Itulah mengapa bayi akan sulit menyusui akibat ketidakmampuan lidahnya mendukung gerakan menghisap. Sayangnya, kejadian seperti inilah yang menyebabkan lecet pada puting payudara wanita menyusui.
dr. Andry, SpOG menjelaskan, mastitis dapat muncul dengan gejala seperti payudara memerah, terasa sakit pada payudara, panas dan membengkak, serta terjadi demam. Dalam keadaan parah, suhu tubuh wanita yang terkena mastitis dapat meningkat hingga lebih dari 38 derajat Celcius. Mastitis dapat terjadi kapan saja selama masa menyusui, namun paling sering terjadi antara hari ke-10 serta hari ke-28 pasca persalinan. Tak hanya itu, mastitis lebih banyak terjadi pada ibu muda yang baru pertama kali menyusui.
Biasanya mastitis ditangani dengan pemberian antibiotik yang diminum, serta pembedahan. Pemberian antibiotik bertujuan agat peradangan payudara dapat pulih lebih cepat serta panas tubuh dapat menurun dengan lebih cepat pula. Sedangkan penanganan dengan pembedahan dilakukan jika terjadi penumpukan cairan nanah (abses) akibat kurangnya peranan daya tahan tubuh dalam melawan bakteri staphylococcus auereus. Abses harus diangkat dan hanya dapat dilakukan dengan cara pembedahan.
Kesalahan umum yang sering dilakukan para penderita mastitis adalah menghentikan pemberian ASI, padahal hal tersebut justru dapat memperburuk peradangan. Produksi ASI akan menumpuk di payudara dan menyebabkan infeksi serta radang semakin parah.
“Seorang ibu yang terkena mastitis tetap bisa memberikan ASI bagi bayinya, karena mastitis tidak memberikan dampak negatif bagi bayi” jelas dr. Andry, SpOG.
0 komentar:
Posting Komentar