Tidur Telentang Menyebabkan Keguguran pada Ibu Hamil. Selama masa kehamilan, para calon ibu merasakan banyak penderitaan seperti susah tidur,
susah duduk dan susah makan. Belum termasuk berbagai pantangan yang
harus mereka patuhi agar tak terjadi komplikasi pada janinnya.
Salah satu pantangan bagi wanita hamil adalah tidur telentang Alasannya? Sebuah studi baru dari Australia memastikan bahwa “Wanita hamil yang tidur telentang dapat berisiko lebih tinggi untuk mengalami keguguran saat melahirkan”
Di Inggris sendiri tercatat setiap tahunnya terjadi 4.000 kasus keguguran
dan hanya ada 11 kasus bayi yang terlahir hidup setiap harinya.
Sayangnya separuh dari kasus tersebut tak diketahui penyebabnya secara
pasti. Diduga 10 persen penyebab keguguran itu adalah komplikasi pada kesehatan sang ibu atau plasentanya.
Setelah mengamati kondisi kehamilan 295 wanita dari 8 rumah sakit
yang ada di Australia selama lima tahun, peneliti menemukan bahwa wanita hamil yang tidur telentang berisiko enam kali lipat mengalami keguguran.
Menurut ketua tim peneliti, Dr. Adrienne Gordon dari Royal Prince
Alfred Hospital, Sydney, temuan ini sesuai dengan hasil studi sebelumnya
yang menunjukkan bahwa tidur telentang dalam waktu
lama dapat menghambat aliran darah dari sang ibu ke bayinya. Selain
telentang, para wanita hamil juga disarankan untuk tidak tidur miring ke
kanan karena kedua posisi itu sama-sama mengurangi suplai darah ke
rahim.
Kendati begitu peneliti pun menemukan tiga-perempat wanita hamil cenderung tidur dalam kondisi miring ke kiri. Hal ini menunjukkan bahwa para wanita ini secara naluriah lebih memilih posisi tidur yang terbaik untuk calon bayinya.
Selain posisi tidur, faktor risiko lain yang menyebabkan keguguran
adalah seberapa banyak pergerakan si calon bayi di dalam perut ibunya.
“Kami menemukan kaitan antara penurunan pergerakan bayi di dalam
kandungan dengan bayi yang terlahir dalam kondisi meninggal
(keguguran),” kata Gordon seperti dilansir dari dailymail, Senin
(15/10/2012).
Jadi jika mendekati masa kelahiran si bayi malah tak banyak
menunjukkan pergerakan, bisa jadi risiko kegugurannya semakin tinggi.
Temuan itu dipastikan dengan hasil pengamatan terhadap sejumlah wanita
yang sehat selama hamil dan dapat melahirkan dengan kondisi bayi yang
hidup atau selamat.
Pada para wanita ini terlihat frekuensi dan kekuatan pergerakan
bayinya justru mengalami peningkatan di akhir masa kehamilan atau
menjelang kelahiran
“Hal ini tentu memupuskan mitos yang mengatakan bahwa normal bagi
seorang bayi jika pergerakannya semakin lama semakin pelan di akhir masa
kehamilan. Kami pun tak menemukan fakta itu sama sekali,” tambahnya.
(detik/***)