Kisah Bocah Sakti di Surabaya ‘Ke Makkah dengan Karpet Terbang’.
Banyak orang percaya kesaktian seseorang diperoleh dengan cara belajar
dan garis keturunan. Arif (16), warga Taman, Sepanjang, Sidoarjo, Jawa
Timur, sejak kecil dikenal warga sekitar sebagai bocah ajaib.
Warga percaya Arif memiliki kesaktian sejak lahir ke dunia. Konon
kesaktian Arif diperoleh karena sang ayah, Ismail, saat Arif masih
berada di kandungan ibunya, kerap puasa mutih (tak makan nasi) dan
membaca doa selama 40 hari sepanjang siang dan malam.
Tak hanya itu, warga juga percaya Arif dihampiri cahaya dari langit
saat baru dilahirkan. “Itupun yang diceritakan orang-orang, saya sendiri
tidak tahu,” kata ayah Arif yang biasa disapa Mail, Minggu (17/2).
Menurut Mail, di dalam rumah yang ditempati keluarganya terdapat
makam Joko Sambang dan burung Gagak yang pandai bicara. Burung Gagak itu
diperolehnya dari seseorang yang tiba-tiba memberikannya dengan mahar
Rp 100.000. Sementara, makam Joko Sambang kerap didatangi orang yang
mencari wangsit.
Konon, ari-ari Joko Sambang hanyut di sungai depan rumahnya lalu
dikubur di atas tanah yang kemudian berdiri rumah Mail. Menurutnya,
sosok gaib Joko Sambang kerap datang setelah Mail membangun rumah di
atas makamnya. Sosok gaib tersebut meminta Mail mencari batu yang hanyut
bersama ari-ari Joko Sambang.
Batu itu kemudian berhasil ditemukan Mail di dekat jembatan di dekat
rumahnya. Menurutnya, sosok gaib Joko Sambang kerap bersemayam di dalam
tubuh Arif yang kini sudah menjadi seorang remaja.
Mail mengaku anaknya itu kerap diajak jalan-jalan ke Makkah oleh
sosok gaib Joko Sambang saat Arif berusia tiga tahun. Ajaibnya, Arif
dibawa dengan mengendarai karpet terbang, layaknya cerita di film
Aladin.
“Saya sering diajak ke Makkah naik karpet terbang. Waktu berada di
atas, kata bapak (Joko Sambang) itu Kabah, ada batu hitam besar (Hajar
Aswat) di atasnya. Saya juga diajak ke gua besar (terowongan Mina)
dengan karpet terbang. Sekarang karpet terbangnya rusak, ganti pakai
kapal kalau mau ke mana-mana,” cerita Arif.
Arif kerap menceritakan peristiwa yang dialaminya itu kepada banyak
orang. Namun, mereka mengaku bingung soal kebenaran ucapan Arif itu.
“Kalau cuma menipu, ya masak anak kecil yang usianya waktu itu masih
tiga tahun menipu. Anak kecil kan biasanya cerita apa adanya tentang apa
yang dilihat. Lagian dia juga bisa menceritakan detai soal Kabah, soal
orang melempar jumroh, dan suasana di beberapa tempat di Makkah, yang
orang tua sendiri mungkin juga tidak tahu kalau belum pernah haji,” kata
salah seorang tetangga Arif, Eko.
Mail mengatakan, Arif telah putus sekolah sejak berusia 13 tahun
karena tak pernah naik kelas. Saat berhenti sekolah, Arif duduk di kelas
tiga SD. Saat itu dia tak bisa membaca. Kini Arif tengah mengikuti
program kejar paket A.
“Bagaimana mau bisa baca, wong tiap hari diajak ngobrol sama orang
(makhluk gaib). Ya saya nggak pernah merperhatikan pelajaran,” katanya.
Meski dipercaya sakti, Arif saat kecil lebih senang bermain ketimbang
membantu mengobati orang. Namun demikian, Mail menceritakan, Arif kerap
membantunya mengobati pasien yang tak kunjung sembuh.
Jika Arif tak mampu mengobati penyakit aneh pasiennya, Arief biasanya
kalah dalam pertarungan dengan makhluk gaib. Setelah itu, Arif selalu
tidur di pinggir sungai yang ada di depan rumahnya.
“Saat bertarung di alam gaib, Arif pasti tidur berselimut kain hitam,” kata Mail.
“Yang lucu kalau tarung sama pekong (hantu bermata sipit),
serangannya kayak perang tembak-tembakan,” kata Arif menimpali cerita
sang ayah.
Tiap kali berhasil mengobati penyakit seseorang, Arif selalu mencari
jimat di jalanan. Namun, hal itu dilakukan dengan bantuan makhluk gaib.
“Nggak mesti apa yang dikasihkan. Kadang kerikil, kadang ranting,
pokoknya apa yang ditemukan dikasihkan. Sebelum dikasihkan Arif
membungkusnya dengan kain hitam,” kata Mail.
Menurutnya, pasien Arif tak hanya berasal dari kalangan biasa, Arif juga kerap menerima pasien dari kalangan akademisi.
0 komentar:
Posting Komentar